Sabtu, 08 Juni 2013

Perjalanan Panjang


Perjalanan panjang hingga aku akhirnya benar-benar di dunia nyata. Ketika semua terlihat asli di hadapan mataku sendiri. Celoteh anak tanpa tekanan yang terlihat termanjakan, tapi bukan manja. Sebuah sentuhan kasih sayang tanpa pamrih pun diberikan dari para edukator. Semua pemandangan itu aku melihatnya.


Jum'at tanggal 31 Mei 2013 secara resmi aku mulai turun lapangan. Sebuah tempat yang dulu pernah aku injak dengan posisi yang berbeda dengan sekarang. Dulu hanya sebagai tamu dan kali ini aku ikut menjadi bagian dari tempat itu. Sungguh aku bahagia. Aku pun tak tau asal kebahagiaan itu darimana. Apakah karena aku telah kembali setelah 5 bulan bertarung di Jetis? Apakah karena aku merasa lebih baik dari hidupku yang dulu? Apakah karena aku sudah mencapai cita-citaku? Ataukah karena anak-anak? Dan aku pun tak tau jawabannya.
Proses pemberangkatan yang terbilang mengerikan. Mungkin lebih kepada faktor khilaf, dimana hp Mr.Bams mesti ketinggalan di rumah Ust. Aan yang akhirnya mengharuskan kita [Mr.Bams, aku, Ms Fella, Ms. Puput dan Ms. Eka] mesti mengelilingi Kota Jogja terlebih dahulu sebelum ke bandara. Informasi yang didapat dari penyedia tiket [Ms Lisa] adalah jam 6 sore sementara secara logika hampir dirasa tidak mungkin terkejar ketika mesti kesana-kemari. Hanya kekuatan do'alah yang akhirnya mampu menyelamatkan kita. Waktu itu sih do'anya agar pesawatnya delay. Eh, ternyata Ms Lisa aku bilang hebat, dia udah tau kebiasaan Mr. Bams yang suka "mepet-mepet" sehingga memberikan informasi keberangkatan pesawat lebih cepat dari aslinya. Dan karena sebab itu Mr.Bams akhirnya berangkat tanpa permisi[perpisahan dengan kedua anak terakhir]. Kisah ini sang heroiknya adalah Ayas[anak ke-4 Mr.Bams] yang mesti menyiapkan segala sesuatnya ketika kami dalam perjalanan menuju bandara. Thanks Ayas, atas bantuanmu akhirnya aku bisa pulang kampung dan bertemu ortuku.

Balikpapan, kota yang tak asing lagi buatku. Sebuah kota yang menjadi jalan perjuanganku kala aku masih kuliah. INTIS, sebuah sekolah "aneh" yang juga tak asing lagi aku dengar. Kala itu aku tau sekolah ini dari temanku. Terwujud sudah impianku untuk ikut menjadi bagian dalam perlawanan arus ini. Bahagiannya aku dan ini bukan lebay atau mengada-ada. Memang benar, ketika mulai mencoba hal baru, padahal itu baik, tidak sedikit yang mencemooh bahkan menentang. Sungguh tidak mudah, tapi itu bisa.

Kesan pertama:
Tak ada yang salah sedikitpun informasi yang aku terima sebelumnya terkait dengan INTIS dan penghuninya[murid]. Haruskah aku menyerah dengan anak-anak yang luar biasa itu? Walau terkadang aku juga gak punya akal lagi untuk berkomunikasi dengan mereka. Itu komentar dari aku yang baru SATU MINGGU. Bagaimana jika sudah  tahun?  tahun? Berdampakkah terhadap berat badanku? Sungguh aku terkagum dengan para pendahulu yang benar-benar sabar menghadapi mereka [walau ada yang terlihat gak sabar juga].

Memang ku bahagia, tapi sedih. Dimana mesti berpisah dengan Laskar Jetis yang utuh. Harusnya tak ada ikatan batin agar disaat berpisah tak berdampak padaku. Tidak dengan kali ini. Aku mungkin terlihat kuat, tapi dalam hati juga sama seperti kalian. Tapi aku percaya, kelak akan dipertemukan dalam sebuah kebahagiaan, apapun itu dan aku tak tau. Salam rindu buat kalian dan semua sejarah hidup indah buatku dalam perbaikan diri. Tulisan ini untuk kalian dan kalian. Semua orang yang percaya padaku dengan ketidakpercayaanku ini. Sumber inspirasi berbagai kebaikan yang tak bertepi dan juga bukan hanya mimpi. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar