Minggu, 10 Maret 2013

AKU ADALAH KE-11

Tak terasa setelah sekian lama tak hadir dalam karya kecilku ini, jika ada mungkin hanya sebatas mempertahankan eksistensi. Tapi tidak kali ini yang benar-benar menyempatkan diri disela kesibukan memperbaiki diri di wilayah orang yang sarat dengan keramahan (Read: Bantul, DIY) aku mencoba kembali menjatuhkan diri pada kebiasaan lama untuk berkarya. Mungkin terlihat simple, tapi setidaknya apa yang aku pikirkan saat ini bisa tercurahkan pada blogku ini.



Putus hubungan dengan Telkomsel yang sudah membuatku mengerti banyak hal tentang segala yang baru, mengerti tentang kerasnya persaingan, mengerti tentang pengabdian tanpa batas, mengerti tentang keterbatasan diri untuk berkspresi saat menjadi yang disuruh, mengerti tentang hiruk pikuk dunia, mengerti tentang kemewahan. Terima kasih Telkomsel, kau telah mendewasakanku lebih lagi. Mesti harus berakhir dengan ketidaknyamanan terkait dengan finansial, aku pikir tak apalah. November kala itu adalah terakhir aku mengabdi padamu.
Desember berharap lebih baik, dengan berbagai alasan yang akhirnya mampu mendekatkanku pada makhluk yang luar biasa untuk hidupku. My parent adalah bidikan perpindahan kerja, mesti berkurang secara finansial. Kembali aku berucap "Tak apalah". Ada kekhawatiran muncul dari orang tua tentang keputusan pindah kerjaku, segala upaya aku jelaskan, yang pada intinya semua demi perbaikan. Memang tak salah pilih, hidupku kala itu menjadi sedikit lebih baik. Terlihat dari absen pada ilahi yang mesti dan kudu dilakukan 5 kali sehari. Terkadang masih belum puas juga dengan lingkungan yang terasa masih belum mendukung dalam perbaikan diriku. Ternyata benar, memang tidak memuaskan, lingkungan memang tak mendukungku untuk menjadi lebih baik. Sebelumnya tak ada pikiran untuk mengakhiri semua itu, mungkin hanya belajar bersabar pada keadaan. Ada begitu banyak janji dikala aku benar-benar menekuni profesi baruku kala itu. Sebagai Supervisor (SPV) di sebuah perusahaan bertaraf nasional memang tidak mudah. Bahkan ada potensi naik jabatan menjadi Branch Manager (BM). Sungguh aku benar-benar tak tergiur akan semua itu. Kala itu yang aku pikirkan adalah dimana tempat yang mampu membuatku menjadi lebih baik. Hingga datang informasi dari teman lama tentang kerja baru yang katanya "aku banget". Memang sebelumnya aku telah banyak cerita dengan dia tentang kegalauanku dan masalah kerja. Benar, saat pertama mendengar informasi itu, aku sangat tertarik. Tak pernah aku berpikir berapa uang yang bakal aku dapat, tak pernah berpikir aku bakal kerja dimana, sebagai apa, satu hal yang aku pikirkan kala itu, aku bisa memperbaiki diri dan bisa menghindari lingkungan yang aku anggap kurang baik untukku karena ketidakmampuanku.
Awal Januari aku pergi dari kerja yang baru aku jalani 1 bulan. Hanya 1 bulan aku menjadi orang yang mempunyai jabatan, dihargai, berkelas, dan memusingkan. Lagi-lagi bukan aku banget. 
Menuju ke Jogjakarta  dan tak tau aku mesti kemana dan siapa yang bakal aku tuju. Satu hal yang menjadi tujuanku adalah menuju tempat Training Edukator. Yeah, aku bakal menjadi guru dari anak-anak kecil yang menurutku ini bakal mengasyikan. Tidak hanya ending yang menyenangkan, tetapi proses untuk menuju itupun sangat luar  biasa. Tulisan ini tercipta saat aku sudah mengalami kejadian itu, jadi bukan rekayasa dan angan-angan belaka. Belajar ngaji kembali, bermasyarakat, belajar English, bersikap menjadi guru yang profesional yang selama ini tidak pernah aku dapatkan, bahkan di bangku kuliah sekalipun yang notabenya banyak orang-orang tergila-gila untuk bisa merasakannya. Seandainya aku bisa memilih untuk ilmu daripada pengakuan, mungkin aku dari awal akan lebih memilih ilmu. Hanya saja di negaraku Indonesia tak berlaku itu. Tak ada bukti, maka tak ada pengakuan. Dan ijasah adalah modal pengakuan. 
Bertemu dengan 11 calon edukator yang sangat luar biasa dan aku adalah orang ke-11. Semua dari mereka berkarakter. Untuk kalian:
1.Mr.Luthfi
2.Mr.Firman
3.Ms.Eka
4.Ms.Erna
5.Ms.Mega
6.Ms.Puput
7.Ms.Sylvi
8.Ms.Shinta
9.Ms.Fela
10.Ms.Uyun



Kalian adalah ibarat mata air yang menjadi sumber dalam pengisian hidupku yang lebih baik dikala telah terisi dengan air keruh karena masa lalu.

5 komentar:

  1. engkau ibarat mata sapi yang menggelundung di gunung nasiku. menambah cita rasa gudeg jogja yang manis, semanis senyumku jika melihatmu muroja'ah al ahqof kayak mbah dukun baca mantra....
    semangat coy. . .

    BalasHapus
  2. Setiap orang adalah guru bagi kita...
    Dari orang yang bersifat baik, belajar untuk mencontoh kebaikannya dan kalau bisa lebih lagi...
    Dari orang yang kurang baik, belajar untuk tidak jadi seperti dia...
    :)
    Sama2 belajar.... ^_^

    In Islam....
    We are one big family... :)

    BalasHapus
  3. Nice Words Mr.NiNo

    Ada Kemauan Ada Jalan
    SemangKA

    We Believe We Can Fly..

    BalasHapus
  4. Inspiring story Mr. Nino

    Semangat....!!!

    BalasHapus